Dimana memiliki corak cerah yang menyebabkan semakin populer. Padahal Tie dye sendiri bukan barang baru di dunia fesyen. Tie dye bahkan sempat menjadi metode yang diaplikasikan untuk pembuatan dekorasi berbasis tekstil di seluruh dunia selama lebih dari 600 tahun.
Tak ada literatur pasti yang mencatat awal mula munculnya teknik pewarnaan kain serupa tie dye. Beberapa percaya bahwa tie dye telah hadir sejak ribuan tahun lalu di kawasan Mesopotamia dan India. Beberapa juga mencatat teknik tie dye mulai ditemukan di Peru, Amerika Selatan (AS).
Beberapa juga percaya bahwa teknik pencelupan memiliki akar yang kuat di negara-negara Afrika. Mengutip Today, imigran Afrika membawa keterampilan teknik pewarnaan ini ke AS pada era 1700 hingga 1800-an.
Selain di beberapa Afrika dan Amerika di atas, Jepang juga memiliki ciri khas tie dye yang dikenal sebagai shibori. Teknik ini sudah pernah eksis di tahun 552-794 Masehi. Di luar versi sejarah yang bervariasi, banyak orang yang melakukan asosiasi tie dye dengan generasi subkultur hippie di Amerika Serikat era 1960-1970an. Kala itu, tie dye merupakan salah satu tanda perlawanan bagi para hippiers terhadap perkembangan budaya utama pada waktu itu. Perlawanan tersebut ditujukan untuk menghadapi kapitalisme dan keseragaman yang sedang terjadi. Pemakaian tie dye sebagai wujud pernyataan counterculture.
Kain tie dye sendiri memiliki teknik pewarnaan yang cukup menarik dan unik. Teknik yang digunakan lebih dikenal sebagai metode ikat celup. Pewarnaan yang dilakukan secara khusus sebagai dye. Tata cara pembuatan tie dye dapat dikerjakan secara mudah. Karena siapa pun orang dapat melakukannya tanpa perlu menggunakan banyak alat. Saat ingin mempraktekkannya, maka peralatan dan bahan yang perlu disediakan berupa kaos, pewarna dye, tali pengikat, plastik dan lain sebagainya.
Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan agar bisa mendapatkan varian pola maupun motif pada busana. Beberapa pola diantaranya galaksia, mandala, garis, emoji, spiral dan lain sebagainya.